MY CHILDHOOD FRIEND
Cerpen Karya Madadinaa
Cerpen Karya Madadinaa
Ramadhan tahun ini sepertinya akan lebih berarti daripada tahun-tahun sebelumnya, bagaimana tidak? Baru minggu pertama puasa hari-hariku sudah di penuhi dengan acara buka puasa, atau yang biasa teman-temanku bilang “Acara Bukber”. Dan acara buka puasa yang paling aku nanti adalah buka puasa bareng sahabat-sahabat sd-ku. Sekitar enam tahun gak bisa ketemu karena sibuk urusan sekolah maupun urusan pribadi, akhirnya tahun ini aku bisa melihat kembali wajah-wajah mereka hahaha. Mereka sekarang seperti apa ya? Pertanyaan itu yang selalu terbesit di benakku.
“Aku udah di tempat nih, kalian dimana?”. Aku mulai mengetik baris demi baris di grup online dengan jari-jemariku. Cling-cling-cling. Grup pun rame dengan teman-teman sd untuk menjawab satu persatu pertanyaanku.
“Loh sendirian?berangkat sama siapa tadi?”. Ujar seorang cowok berambut cepak yang mengenakan kemeja berwarna biru muda yang semakin membuatnya terlihat kalem.
“Hehe iya nih, tadi di anter sama ayah”. Ucapku singkat sembari melihat lalu-lalang pengunjung dalam restoran dimana tempatku buka puasa bareng.
Pertanyaan singkat itu mengawali obrolan sederhana kami. Kami banyak bercerita tentang masa-masa smp maupun masa-masa sma yang sedang kami jalanin, bercerita tentang masa lalu sd yang memalukan, mendengarkan cerita dia tentang sekolahnya di kota orang. Yap ketika memasuki bangku sma, sahabatku yang satu ini memang memutuskan untuk bersekolah di kota orang, katanya untuk mencari suasana baru. Hidupnya memang terlalu mainstream, namun diam-diam aku selalu kagum dengan sosok-nya.
~~
“Rendiiiii jail banget sih kamu!”. Ucapku sembari melemparkan boneka teddy bear yang awalnya berada dalam pelukanku, dan sekejap boneka kesayanganku itu mengenai wajah Rendy. Ups sepertinya boneka teddy bear berukuran satu meter itu memang akan terasa sakit ketika mengenai seseorang, apalagi wajah. Aku hanya tersenyum jail sembari menjulurkan lidahku ke arah Rendi, sedangkan Rendi sepertinya sedang menyiapkan strategi untuk membalaskan dendam kepadaku.
Memulai pertarungan sengit seperti ini dengan Rendi sudah kufikirkan matang-matang sebelumnya, karena dengan postur tubuh Rendi yang bisa dibilang tinggi dan gagah,s edangkan aku hanya memiliki tinggi sebahunya membuatku selalu kehabisan nafas ketika berlari-lari dengannya.
Sejak pertemuan acara buka puasa seminggu yang lalu itu, hubungan kami semakin dekat, entah semakin dekat sebagai sahabat atau lebih aku tidak mengerti tentang perasaan ini. Yang jelas aku menjalaninya penuh dengan canda, tawa, dan bahagia. Iya, hanya Rendi yang bisa mengembalikan senyumku seketika, Hanya Rendi yang bisa mengembalikan tawaku setelah dia sendiri yang membuatku menangis. This kind of happiness, can it stay forever?
Bulan ramadhan memang telah berakhir, aku baru saja sampai di rumah setelah sekian hari mengunjungi kota-kota lain untuk bersilaturahmi ke rumah nenek maupun saudara. Namun dengan berakhirnya bulan ramadhan yang dibarengi dengan libur sekolah ini membuatku takut kehilangan akan sosok yang sekitar satu bulan ini mewarnai kembali hari-hariku, menghidupkan warna pelangi yang sempat berubah menjadi keabu-abuan.
“Setahun lagi aku balik kok, gausah sedih cil, kalo aku pulang rumah kedua yang aku kunjungi pasti rumah kamu”.
“Janji ya”. Cowok itu hanya mengangguk sembari mengambil tas ransel yang diletakkan di sampingnya, lalu pergi meninggalkanku yang hanya bisa diam terpaku, mencoba menahan tangis, tapi itu sulit.
Itu percakapan terakhir kami setelah Rendi kembali pulang ke kota orang lain untuk melanjutkan mencari ilmu disana. Sekolah Rendi memang ketat, di asrama pun dia tidak boleh sampai ketahuan memegang ponsel, kalau sampai ketahuan, ponsel Rendi akan benar-benar disita dan akan dikembalikan ketika Rendi sudah lulus dari sekolah itu. Setelah itu kami memang tidak pernah komunikasi lagi seperti dulu. I have been waiting for you all of my life.
~~
Aku memang sudah menanti hari ini sejak sebulan yang lalu, pasalnya Rendi berjanji akan pulang hari ini, dan aku tidak ingin melewatkan senyuman manisnya itu setelah hampir satu tahun aku tidak pernah lagi melihatnya. Sejak kecil sampai sekarang kami memang tidak mengungkapkan perasaan satu sama lain. Tapi, untuk sekedar bilang aku suka kamu mungkin hampir setiap hari Rendi mengucapkan itu.
“Dorrrrrr, udah kangen banget ya cil sama aku? Hahaha”.
“Apasih! Yaiyalah kangen, satu tahun gak ketemu, emang kamu gak kangen sama aku?”.
“Kangen lah, sini peluk sini, aku gak kangen kamu doang, aku kangen juga sm hatimu, hahaha, aku sayang kamu cil”. Ujar Rendi yang entah ini hanya gurauan atau memang tulus, yang jelas pelukannya kali ini benar-benar terasa tulus. I want your world begin and end with me.
“Aku udah di tempat nih, kalian dimana?”. Aku mulai mengetik baris demi baris di grup online dengan jari-jemariku. Cling-cling-cling. Grup pun rame dengan teman-teman sd untuk menjawab satu persatu pertanyaanku.
“Loh sendirian?berangkat sama siapa tadi?”. Ujar seorang cowok berambut cepak yang mengenakan kemeja berwarna biru muda yang semakin membuatnya terlihat kalem.
“Hehe iya nih, tadi di anter sama ayah”. Ucapku singkat sembari melihat lalu-lalang pengunjung dalam restoran dimana tempatku buka puasa bareng.
Pertanyaan singkat itu mengawali obrolan sederhana kami. Kami banyak bercerita tentang masa-masa smp maupun masa-masa sma yang sedang kami jalanin, bercerita tentang masa lalu sd yang memalukan, mendengarkan cerita dia tentang sekolahnya di kota orang. Yap ketika memasuki bangku sma, sahabatku yang satu ini memang memutuskan untuk bersekolah di kota orang, katanya untuk mencari suasana baru. Hidupnya memang terlalu mainstream, namun diam-diam aku selalu kagum dengan sosok-nya.
~~
“Rendiiiii jail banget sih kamu!”. Ucapku sembari melemparkan boneka teddy bear yang awalnya berada dalam pelukanku, dan sekejap boneka kesayanganku itu mengenai wajah Rendy. Ups sepertinya boneka teddy bear berukuran satu meter itu memang akan terasa sakit ketika mengenai seseorang, apalagi wajah. Aku hanya tersenyum jail sembari menjulurkan lidahku ke arah Rendi, sedangkan Rendi sepertinya sedang menyiapkan strategi untuk membalaskan dendam kepadaku.
Memulai pertarungan sengit seperti ini dengan Rendi sudah kufikirkan matang-matang sebelumnya, karena dengan postur tubuh Rendi yang bisa dibilang tinggi dan gagah,s edangkan aku hanya memiliki tinggi sebahunya membuatku selalu kehabisan nafas ketika berlari-lari dengannya.
Sejak pertemuan acara buka puasa seminggu yang lalu itu, hubungan kami semakin dekat, entah semakin dekat sebagai sahabat atau lebih aku tidak mengerti tentang perasaan ini. Yang jelas aku menjalaninya penuh dengan canda, tawa, dan bahagia. Iya, hanya Rendi yang bisa mengembalikan senyumku seketika, Hanya Rendi yang bisa mengembalikan tawaku setelah dia sendiri yang membuatku menangis. This kind of happiness, can it stay forever?
Bulan ramadhan memang telah berakhir, aku baru saja sampai di rumah setelah sekian hari mengunjungi kota-kota lain untuk bersilaturahmi ke rumah nenek maupun saudara. Namun dengan berakhirnya bulan ramadhan yang dibarengi dengan libur sekolah ini membuatku takut kehilangan akan sosok yang sekitar satu bulan ini mewarnai kembali hari-hariku, menghidupkan warna pelangi yang sempat berubah menjadi keabu-abuan.
“Setahun lagi aku balik kok, gausah sedih cil, kalo aku pulang rumah kedua yang aku kunjungi pasti rumah kamu”.
“Janji ya”. Cowok itu hanya mengangguk sembari mengambil tas ransel yang diletakkan di sampingnya, lalu pergi meninggalkanku yang hanya bisa diam terpaku, mencoba menahan tangis, tapi itu sulit.
Itu percakapan terakhir kami setelah Rendi kembali pulang ke kota orang lain untuk melanjutkan mencari ilmu disana. Sekolah Rendi memang ketat, di asrama pun dia tidak boleh sampai ketahuan memegang ponsel, kalau sampai ketahuan, ponsel Rendi akan benar-benar disita dan akan dikembalikan ketika Rendi sudah lulus dari sekolah itu. Setelah itu kami memang tidak pernah komunikasi lagi seperti dulu. I have been waiting for you all of my life.
~~
Aku memang sudah menanti hari ini sejak sebulan yang lalu, pasalnya Rendi berjanji akan pulang hari ini, dan aku tidak ingin melewatkan senyuman manisnya itu setelah hampir satu tahun aku tidak pernah lagi melihatnya. Sejak kecil sampai sekarang kami memang tidak mengungkapkan perasaan satu sama lain. Tapi, untuk sekedar bilang aku suka kamu mungkin hampir setiap hari Rendi mengucapkan itu.
“Dorrrrrr, udah kangen banget ya cil sama aku? Hahaha”.
“Apasih! Yaiyalah kangen, satu tahun gak ketemu, emang kamu gak kangen sama aku?”.
“Kangen lah, sini peluk sini, aku gak kangen kamu doang, aku kangen juga sm hatimu, hahaha, aku sayang kamu cil”. Ujar Rendi yang entah ini hanya gurauan atau memang tulus, yang jelas pelukannya kali ini benar-benar terasa tulus. I want your world begin and end with me.
0 komentar:
Posting Komentar