Pages

Selasa, 24 Maret 2015

CERPEN: MUSIC

Rika membaca buku di sofanya untuk menghilangkan rasa bosannya. Biasanya Rika menghilangkan rasa bosannya dengan cara mendengarkan music atau mungkin membaca. Akan tetapi, yang paling sering dia lakukan untuk mengusir kebosannnya adalah mendengarkan musik. Kali ini, karena orangtuanya barusan membelikan buku baru buat anak terakhirnya itu, ia pun memilih membaca buku. Oh, iya… Rika itu gadis pencinta musik lho. Dia sangat tergila-gila dengan semua jenis music. Cita-citanya menjadi seorang penyanyi terkenal.
Suatu hari Rika bangun tidur pagi buta. Ia bangun lebih dulu dari Mom dan Dadynya. Hari-hari biasanya, Rika selalu bangun paling akhir. Bahkan, dengan kelelawar yang biasa menggantung di daun pisang sebelah rumah pun, Rika selalu kalah jika adu cepat bangun.
“Kali ini, aku pasti paling duluan bangun”, pikir Rika. Dengan masih setengah membuka mata, dia keluar kamar dengan setengah berjingkat. Namun, langkahnya baru sepuluh langkah dari pintu kamarnya, tiba-tiba…” Tumben Rik, kamu bangun pagi… Biasanya bangun kesiangan?” Ledekan Silvia Myrta Zara yang biasa dipanggil Silvi mengagetkannya. Ternyata, kakaknya itu sudah lebih duluan bangun. Bahkan, kakaknya sudah rapi, berseragam, dan duduk di ruang makan sambil memegang roti isi selai coklat kacang kesukaannya. Sepertinya, roti itu pun sudah pasrah di tangan Kak Silvi, siap disantap.
“Emangnya nggak boleh?” Tanya balik Rika manyun sambil beranjak meninggalkan ruang makan. Agaknya, Kak Silvi tidak begitu berminat menanggapi atau pun menjawab pertanyaan Rika tadi karena dia lebih asyik menikmati sesisir roti dan segelas susu yang sudah siap menunggu di depannya.
Buru-buru Rika masuk kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, setelah mandi, berganti baju, dan menyisir rambut emasnya untuk kemudian dibelahnya menjadi dua, ditali dengan penjepit rambut sepasang warna senada dengan seragamnya, Rika segera menuju lantai 1 untuk bergabung dengan anggota keluarganya di meja makan. Jam menunjukkan angka setengah enam tepat.
“Hah…! Untung aja masih setengah enam. Aku harus berangkat sekarang, nih…!” seru Rika sambil menyambar sesisir roti di meja makan. Rika harus berangkat setengah enam karena di sekolahnya ada kegiatan Jum’at Bersih yang diadakan pada jam 06.00 tepat. Seluruh siswa sudah harus berkumpul di halaman pada jam itu. Padahal, jarak rumah Rika dengan sekolahnya sekitar 2 km. Itu artinya, jika Rika berjalan kaki, ia perlu waktu 15 menit. Namun, jika nebeng Kak Silvi mengendarai sepeda motornya jalan 50 km/jam seperti biasanya, dia akan sampai di sekolahnya 5 menit saja. Sekolah Kak Silvi, yaitu SMP Indonesia berjarak sekitar 9 km dari rumah.
“Kak, Rika nebeng yaa?” rajuk Rika sambil memasang senyum terindahnya pagi ini. Tak lupa Rika agak mengeraskan suaranya agar Mom dan Dad yang sedang menikmati sarapannya merestui permintaan Rika. Tanpa berbicara pun, hanya dengan tatapan penuh makna dari Mom dan Dad, Kak Silvi tak bisa menolak permintaan Rika. Mereka harus berangkat 15 menit sebelum jam 06.00 karena Kak Silvi pun setiap Jumat juga ada kegiatan yang sama dengan SDN Indonesia, tempat Rika bersekolah.
Rupanya, Mom dan Dad maklum dengan kondisi pagi itu. Maka, Rika yang sengaja meninggalkan begitu saja segelas susunya di meja tak berusaha diingatkan. Sebelum berangkat, Rika dan Kak Silvi tak lupa mencium tangan Mom dan Dad di meja makan.
“Kenapa sih Dek Rika kok tumben rajin banget!?” Tanya Kak Silvi cemberut sambil mengikuti langkah lebar Rika menuju garasi depan. Tanpa menjawab Rika tetap mempercepat langkahnya sambil memperbaiki resleting tasnya yang lupa belum ditutup.
Tanpa banyak pembicaraan selama perjalanan yang memang masih sepi, mereka telah sampai di sekolah masing-masing. Rika cepat-cepat berlari menuju kelasnya karena pagi ini dia ingin segera bertemu Lila, sahabatnya. Rika ingin segera tahu hasil perlombaan karaoke di mall kemarin. Rika dan Lila bersahabat sudah sangat lama. Keluarga Rika dan keluarga Lila juga saling bersahabat. Namun, kali itu, Rika maupun Lila bersepakat merahasiakan perlombaan itu dari kedua orangtua mereka.
Setelah menaiki tangga yang berada di sebelah kantor guru, Rika segera berlari ke pintu kelas yang di atasnya bertuliskan Kelas 4E. tulisan itu entah sudah berapa tahun berada di sana. Papan kayu itu pasti sudah tak berbilang melihat setiap tahun berpuluh anak berganti-ganti wajah. Tapi jarang sekali yang mau memperhatikan atau memperbaiki atau hanya sekedar membersihkan papan itu, termasuk Rika. Yang menjadi pusat perhatian Rika bukan lagi papan itu, tetapi teman-teman di kelasnya.
“Yeyyy…!! Aku yang pertama!” sorak Rika girang. Selanjutnya dia letakkan setengah melempar tasnya di bangku nomor dua dari depan dan nomor tiga dari sisi kanan. Segera dituliskan namanya di whiteboard kecil sebelah papan tulis kelasnya.
“Yee… kurang 6 bintang lagi, bintangku jadi 50,” gumam Rika bangga. Dibukanya buku catatan hariannya. Dituliskannya sesuatu di sana. Sebaris, dua baris, tiga baris… tetap belum ada yang datang. Tak terasa telah selesai satu cerita. Setelah menunggu agak lama, akhirnya ada juga temannya yang datang.
“Hei Rik!” sapa Calista. Calista adalah anak terpandai di kelasnya menurut jumlah nilai di raportnya. Rika merasa kadang guru tidak adil ya? Rika sering memenangi lomba penulisan cerpen dan puisi. Rika juga beberapa kali menang dalam lomba menyanyi. Lila bahkan selalu menjadi langganan piala juara 1 lomba modeling dan menggambar. Bahkan, Rendra selalu menjadi juara setiap ada kompetisi dan kejuaraan silat. Namun, semua guru selalu memuji Calista karena dia selalu menjadi juara dalam nilai semua mata pelajaran.
‘Eh… Hai…!” Rika membalas sapaan Calista. Beberapa detik kemudian Lila datang.
“Iiiihhh… Kok kamu gak jemput aku sih?” tanya Lila pura-pura marah kepada Rika.
“Sekali-kali nggak jemput kan nggak apa-apa.” Jawab Rika. Lila menaruh tasnya di belakang bangku Rika.
“Ehhh… Lil… Gimana hasilnya kemarin?” Tanya Rika tidak sabar. Berdebar hatinya mengharap berita gembira dari Lila. Karena mereka merahasiakan dari seluruh keluarganya, kemarin Rika buru-buru segera pulang setelah lomba tanpa menunggu pengumuman. Lila yang berhasil meyakinkan mamanya untuk datang agak terlambat karena masih mengerjakan tugas alasannya.
“Ehmmmm… Kasih tahu gak yaa?… Emang kamu pingin tahu banget apa pingin tahui aja sih?” Tanya Lila alay berlebihan.
“Udah, ah… jangan bercanda…! Aku beneran nich..” kata Rika pura-pura sewot.
“Selamat yaaaaa!!!” kata Lila sambil memeluk dan menciumi sahabatnya itu gembira.
Teeeettt… Tak terasa bel tanda pulang sekolah berbunyi. Rika segera merapikan bukunya. Rika berjalan beriringan dengan Lila menuju halaman depan.
“Eh… Kita kok belum dijemput sih?” tanya Rika kepada Lila sambil membanting tasnya ke bangku tunggu di bawah pohon jati emas.
“Emangnya yang njemput kamu nanti siapa?” Lila balik tanya sambil ikut-ikutan meletakkan tasnya di bangku panjang itu.
“Mamaku,” jawab Rika singkat sambil duduk di sebelah tasnya.
“Ohh…” Lagi-lagi Lila mengikuti apa yang dilakukan sahabatnya. Dia menjatuhkan pantatnya ke bangku panjang yang diduduki Rika.
Selanjutnya hanya hening yang menemani mereka. Masing-masing larut dalam kekesalannya sendiri. Sesekali Rika menengok ke pintu gerbang mencari-cari barangkali mamanya sudah datang. Namun, hampir satu jam berlalu, mamanya belum juga kelihatan.
“Ahh!!… Kok belum dijemput juga sih?! Padahal kita kan tadi sudah telepon berkali-kali. Tapi nggak diangkat-angkat juga.” Lila yang sejak tadi diam sepertinya sudah ikut kesal juga.
“Yaaa… ditunggu saja,” kata Rika ringan meskipun dia juga sudah merasa bosan. Di sekolah ini sekarang tinggal ada Lila, Rika, Pak Daniel (satpam), dan Bu Desy (Kepala Sekolah).
“Ke mana sih, mamaku ini? Kok lama banget gak dijemput-jemput?!” tanya Rika lebih pada diri sendiri.
“Ya nggak tahu. Tanya sama Mamamu aja sendiri…” kata Lila sewot.
“Jangan-jangan… mamamu sama mamaku pergi shoping lagi? Terus lupa waktu?”
“A… ha…!! gimana kalau kita jalan kaki aja?” Lila berdiri sambil menjentikkan satu jarinya. “Tapi itu sih, terserah kamu… Mau atau enggaknya…” lanjut Lila merasa tak yakin kalau Rika mau menerima usulnya.
“Tumben kamu pinter La..!” Rika bercanda tanda menyetujui usul Lila.
“Emang dari dulu kali… kamu aja yang baru nyadar sekarang,” kata Lila sambil menenteng tasnya yang diikuti Rika.
Mereka pun sepakat untuk pulang berjalan kaki. Jarak antara sekolah dan rumahnya memang tergolong agak jauh. Jika naik mobil, biasanya mereka memakan waktu 10 menit. Jadi, kalau harus berjalan, kemungkinan mereka akan nyampai ke rumah 15 s.d. 20 menit lagi. Untungnya, rumah Rika dan Lila hanya jeda dua rumah saja. Maka pada hari-hari biasa, Mamanya Rika lebih sering bisa menjemput mereka berdua. Mama Rika bekerja sebagai ibu rumah tangga saja meskipun ijasahnya Sarjana Pertanian. Mama Lila hanya bisa menjemput pada hari Jumat atau Sabtu saja karena bekerja sebagai dosen di salah satu Perguruan Tinggi di kotanya.
“Pak Daniel, minta tolong sampaikan ke Mamaku ya, nanti kalau Mamaku jemput ke sini. Saya sama Lila mau jalan kaki lewat jalan yang biasanya Mama jemput kami.” Pamit Rika kepada pak Daniel sebelum keluar dari gerbang sekolah.
Sesampai di rumahnya, Rika terkejut karena banyak mobil di parkir di halamannya. Rika tak mengenali satu pun dari mobil-mobil yang berjajar itu.
“Mobil siapa ini ya?” tanya hati Rika sambil berjalan menuju pintu samping karena sepertinya tamu-tamu itu berada di ruang tamu.
Belum sampai ke depan pintu samping, Rika dikejutkan oleh seorang laki-laki seusia omnya yang datang menyambutnya.
“Bapak-bapak…! Ini si bintang kita sudah datang!” katanya mengundang semua mata agar melihatnya.
“Oh, anak Mama! Sini…! Selamat ya! Ini benar-benar kejutan yang sangat membanggakan buat Mama!” kata Mama sambil memeluk dan menciuminya. Rika masih belum begitu mengerti apa maksud mamanya. Dia menurut saja ketika mamanya menuntun dan menggandengnya ke ruang tamu.
Ternyata, di ruang tamu sudah berkumpul kameramen, wartawan, panitia lomba, juri lomba, dan semua keluarganya.
“Rika… Selamat ya? Kamu kemarin juara satu lomba menyanyi yang kami adakan bekerja sama dengan para musisi ternama Ibukota. Mereka sangat tertarik dengan warna suaramu. Mereka sepakat untuk menawari kamu masuk dapur rekaman minggu ini.” Perkataan bapak dewan juri panjang lebar. Dunia Rika serasa menjadi gemerlap.
Cerpen Karangan: Kensa Syafira Nuha
Facebook: Kensa Syafira
1. Nama: Kensa Syafira Nuha
2. Tempat Dan Tanggal Lahir: Malang, 8 Agustus 2003
3. Agama: Islam
4. Sekolah/kelas: SDN Kauman 1 Kelas 5
5. Hobby: Membaca, Menulis

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Gys!. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger