Pages

Selasa, 24 Maret 2015

CERPEN: SEKOLAH KESAYANGANKU

Perkenalkan nama saya “Cindy.” Saya baru pindah ke sekolah ini dan saya sedang mengalami masa orientasi siswa (MOS). Tak ada satu pun teman yang saya punya dan tiba tiba ada yang memanggil saya. Saya menoleh terlihat seorang gadis cantik.
“Hai, boleh kenalan nggak?” ujar gadis itu.
“Boleh kok. nama saya Cindy.” jawab saya.
“Oh iya. perkenalkan nama aku Lubna.”
Akhirnya kita saling memperkenalkan diri masing masing. Dan selang beberapa hari akhirnya kita pun memutuskan bersahabat.
Pada hari ini adalah hari dimana pembagian kelas untuk siswa tahun ajaran baru. Tak tau kenapa saya merasa takut jika nanti saya dan Lubna tidak bersama lagi.
“Lubna, kamu nanti mau kelas VII A.”
“Iya kak. terima kasih atas informasinya.”
Huuftt saya kira, Lubna dan saya hanya berbeda satu kelas saja ternyata tidak sama sekali.
“Cindy, kamu langsung masuk kelas VIIC.”
“Iya terima kasih ya kak.”
Kemudian suasana menjadi hening seakan antara kita sudah kehabisan. Untung saja saat kebersihan saya dan Lubna mendapat tugas yang sama, yaitu sama sama membersihkan sampah di lapangan. Tapi sayang suasana antara kita masih hening saja. Tiba tiba Lubna menepuk pundak saya.
“Aduh!! Kau ini mengagetkan saya saja.” kata saya dengan ekspresi kesal.
“Walaupun beda kelas kita tetap sahabatkan Cin?” tanya dia pada saya.
“Iya so pasti kan kita sahabat” jawab saya agak sedikit lega.
FLASH BACK
Oh iya saya ingin bercerita tentang diri saya. Saya bukanlah gadis yang berparas cantik tapi hobi saya adalah membaca puisi dan menurut saya itulah kelebihan dari diri saya. Keluarga saya sebuah keluarga yang sederhana. Ayah saya seorang supir taxi dan bunda saya hanya ibu rumah tangga. Adik saya laki laki yang bersekolah sampai SD kelas 5. Akhir akhir ini dia tak dapat masuk sekolah karena sakit karena kedua orangtua saya belum punya banyak uang.
“Hai, Cindy ke kantin yuk” tanya Lubna.
“Ayo, sepertinya perut saya sudah lapar nih.”
Tiba di kantin sebelum aku dan Lubna memesan makanan. Saya ingin memperkenalkan pelayan di kantin ini. Sebut saja mbak Lilis, dia orangnya sangat ramah kepada siapapun termasuk saya.
“Mau pesan apa dek?” tanya mbak Lilis.
“Saya pesan bakso dan mie goreng ya mbak.” jawab saya.
Sambil menunggu makanan datang…
“Kamu tau nggak kalau akan diadakan lomba baca puisi?” kata Lubna.
“Asyik tuh, emangnya kapan sih?” tanya saya.
“Kayaknya sih tanggal 28 bulan ini deh, aku juga ingin ikut tapi…”
Tiba tiba Lubna terdiam dan aku pun terheran.
“Tapi kenapa Na?” tanya saya.
“Aku tak sehebat kamu Cin dan aku takut mengecewakan” kata Lubna dengan ekspresi sedih.
“Tenang saja apapun hasilnya kamu harus bangga.” ujar saya sedikit memberi motivasi.
Makanan akhirnya datang.. Saya dan Lubna segera menghabiskan makanan karena sebentar lagi ada bell akan berbunyi. Teett.. Teett.. tak lama kemudian bell sekolah berbunyi. Saya harus segera masuk karena ini jam pelajaran matematika yang gurunya galak banget yaitu pak Hadi.
Aku pun berlari menuju kelas tapi sayang pak Hadi telah masuk ke kelas. Ah gawat gimana ini, ucapku dalam hati.
“Kamu yang disana, ayo cepat masuk.” kata pak Hadi.
“S..saya pak.. terima kasih pak.” ujar saya sambil gugup.
Semua pikiran buruk saya tentang pak Hadi salah semua. Maaf pak telah berpikiran negatif terhadap anda. Sekarang perasaan saya sedikit senang karena saya tak dihukum seperti yang lain. Kegiatan pembelajaran matematika berjalan lancar. Walau sebenarnya saya agak sedikit paham dengan cara pembagian pecahan tadi.
Jam pembelajaran berganti yang tadinya pelajaran matematika menjadi bahasa indonesia. Materi pada hari ini menarasikan profil tokoh idola. Guru yang mengajar adalah Bu Diana. Tokoh idola saya adalah ibu saya sendiri. Saya maju pertama untuk menarasikannya. Saat di tengah tengah bercerita disana tiba tiba saya merasa terharu, air mata saya menetes seketika tak bisa ditahan lagi. Oh Tuhan kenapa saya ini, ujar saya dalam hati. Yang lain pada ikut menangis mungkin saya pikir mereka semua terharu seperti saya. Akhirnya saya selesai narasi tadi tapi saya belum juga berhenti menangis.
“Sudah dong!! jangan menangis lagi.” hibur teman teman saya.
“Iya ini udah nggak nangis lagi kok, terima kasih ya teman teman.” jawab saya.
Teman teman saya yang lain akhirnya pada mau bergantian maju ke depan. Dan sepertinya saya ingin ke belakang untuk membasuh muka saya yang habis nangis.
“Bu, saya minta ijin untuk ke belakang.” pinta saya.
“Iya Cindy, silahkan saja.” kata guru saya sambil tersenyum.
Saya menuju keluar dan membuka pintu kelas serta berjalan menuju kamar mandi. Sebelum saya sampai ke kamar mandi tiba tiba teman saya yang bernama ‘Tasya’ memanggil nama saya. Bisa dibilang dia teman akrab saya yang kedua setelah Lubna. Sesampai di kamar mandi saya langsung mengambil air dan langsung membasuhkannya ke muka saya. Wah, segarnya air ini aku berasa lebih semangat sekarang.
Cerpen Karangan: Nadia Rahma
Facebook: Nadia Rahma

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Gys!. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger