Pages

Selasa, 24 Maret 2015

CERPEN: PERUSAK MATA

Halo namaku Ninda aku berumur 7 tahun. Aku main dan nonton televisi setiap hari. Walau orangtuaku sudah melarangnya, aku tetap saja cuek.
Suatu hari ibu berkata “Jika kamu bermain dan nonton sepanjang hari ibu dan ayah akan mengambilnya” Ninda sangat kesal pada ayah dan ibu ia berkata-kata “Hugh! Aku tidak akan lagi mendengar perintah ibu!” Tita-tiba Ninda menutup pintu dengan keras “BRAKKK!!!” Ibu dan ayah berkata-kata “Jika Ninda mau bermain dan nonton televisi terus SILAHKAN! Tapi ayah dan ibu akan pergi!” Jawab ayah. Lalu dibalas dengan suara keras dari bantingan pintunya “JIKA INGIN PERGI BAIKLAH TAPI AKU AKAN GAGAL SEKOLAH!” Hantamnya. Namun tidak ada yang membalas perkataan Ninda.
Dibukalah pintu kamarnya lalu di menangis karena menyesal dengan apa yang ia perbuat pada ayah dan ibu tadi. Ia melihat surat yang ditulis oleh ibu. Kata ibu “Jika inda ingin pergi melihat ayah dan ibu, pergilah ke ‘Apartemen Raya Bogor’ dan untuk transfer uang sekolahmu, jika kau masih mau sekolah bayar dengan uang ini jika tidak lagi mau belilah apa yang kau inginkan, laptop dan telivisinya ibu bawa ya!”
Lalu ia membeli TV dan Laptop. Suatu hari ia megirim surat pada pak pos, isi suratnya adalah “Ibu maukah ibu balik aku tidak lagi akan berbuat seperti hari kemarin.” Ninda menangis karena takut ibu tidak akan balik lagi. Hatinya sudah amat takut. Awalnya ia senang sekali dipikirnya TV dan Laptopnya tidak dibawa. Akhirnya ibu menerima dan balik ke rumah.
Sewaktu ibu dan ayah balik ke rumah ibu bilang kepada Ninda “Ninda dengarkan ibu, ibu tak akan pergi tapi belajarlah lebih dahulu daripada main lebih dahulu. Ibu dan ayah juga mengalaminya nak!” Kata ibu. Ninda pun menangis dan menjawab ibu “Ibu aku berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi bu.” ucap Ninda Ketika mendengar ibunya bilang balik “Ayo bantu ibu mengambil kopernya dari mobi nak!” Kata ibu sambil mengusap kepala putrinya. Ketika melihat sebelum ayah pingsan ayah berkata “Nak Ninda perjalanan ayah sudah cukup panjang, inilah ahkir hidup ayah” Kata ayah. Lalu ayah menghembuskan napas terahkir. Penyesalan Ninda telah diberitakan di seluruh dunia. Ninda pun menangis dan sudah bertobat. Lalu ia selalu menonton dan bermain Laptop setelah ia belajar. Demikian Ninda sudah disukai karena sudah bertobat.
TAMAT
Cerpen Karangan: Marveille

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Gys!. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger