Pages

Selasa, 24 Maret 2015

CERPEN: TERPISAHKAN

Namaku Keyla. Duduk di bangku SMP kelas 3. Aku mempunyai seorang sahabat bernama Meyla. Dia adalah kembaranku. Dari di perut ibuku aku sudah berteman dengannya. Dialah satu-satunya sahabatku di kelas. Di sekolah, kami dijauhi oleh teman-teman karena kami miskin. Maklumlah kami bisa sekolah disini itu semua karena beasiswa dari sekolah kami di SD. Setiap ada kerja kelompok, kami berdua dijauhi dan tidak ada yang memilih kami. Aku sayang Meyla. Hanya Meyla lah yang selalu ada disaat aku membutuhkannya. Kami sangatlah dekat. Setiap hari kami selalu bersama. Dari masih bayi, TK, SD, sampai sekarang. Meyla adalah orang yang sangat baik. Dia perhatian, suka mengalah, rajin, berbeda dengan aku yang kadang kadang suka egois.
Hari ini kami akan pergi menginap di rumah nenek. Kami sudah menyiapkan barang barang kami semua kemarin.
Pukul 07.00 kami sudah siap dan akan berangkat dengan angkutan umum. Kami berangkat bersama ayah dan ibu. Dalam perjalanan kami berdua bercanda, mengobrol, dan bermain.
Pukul 09.00 kami sampai di rumah nenek. Saat itu hujan deras sekali, kami segera berlari ke rumah nenek.
Kami makan masakan nenek yang enak sekali. Nenek sangatlah pandai memasak. Masakannya sangat enak, siapapun suka. Nenek membuka sebuah restoran dan ia bekerja sebagai juru masak di restoran itu. Meyla juga jago memasak. Tidak seperti aku. Aku tidak bisa masak. Nenek bilang kalau Meyla sudah besar, Meyla akan meneruskan pekerjaan Nenek. Cita-cita Meyla memang menjadi seorang juru masak. Sesudah makan kami pergi ke kamar tamu yang telah disediakan nenek untuk kami. Kami beristirahat di situ.
“Meyla, aku pengen banget pergi ke luar negeri. Tapi aku yakin itu mustahil. Aku iri, Semua teman teman kita di sekolah sudah pernah keluar negeri.” kataku.
“Kita hanya perlu bersabar Key. Aku juga ingin pergi kesana. Tapi orangtua kita hanya berpenghasilan sebagai pedagang. Mungkin nanti 10 tahun yang akan datang kita bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan mungkin 10 tahun ke depan kita bisa mewujudkan keinginan kita’ balasnya.
“Ya! Kamu benar sekali Meyla. Oh iyaa kita lusa ulangtahun yang ke 15. Apa yang kamu inginkan?” tanyaku.
“Aku hanya ingin kita sekeluarga selalu sehat sejahtera dan merasa bahagia. Sampai kapanpun. Aku ingin kita terus bersama dan bersahabat seperti ini Key. Kamu adalah anugerah terbaik yang Tuhan berikan untukku. Aku tidak tahu apa aku bisa seperti saat ini kalau tidak ada kamu” jawab Meyla.
Aku tertegun. Meyla sangat baik. Kalau aku, aku akan minta barang-barang yang bagus, bukan minta kesehatan untuk semua keluargaku. Aku tersenyum kepadanya.
Pukul 15.00 Hujan tinggal gerimis.
Aku dan Meyla diajak Paman Budi, pamanku untuk pergi membeli barang untuk besok di supermarket. Besok kami akan merayakan ulangtahun nenek, kami akan membeli makanan, kado ulang tahun dan kue untuk nenek. Ulangtahun nenek sehari sebelum ulangtahun aku dan Meyla. Kami naik motor pergi ke Supermarket.
Jalanan sangat becek karena dari pagi hujan. Paman Budi sangat berhati hati.
Aku duduk di tengah, berpegangan pada pundak Paman. Aku memakai helm. Helm milik paman hanya 2. Meyla mengalah sehingga aku yang memakainya. Meyla duduk di belakang, ia memegang pundakku. Aku berbalik badan dan melihat Meyla tersenyum kepadaku. Senyumnya, sangat berbeda dari biasanya. Wajahnya pun sangat pucat.
“Terima Kasih ya Key.” tanya Meyla tiba tiba.
“Untuk apa?” balasku
“Untuk semuanya. aku beruntung punya sahabat sepertimu.”
Supermarket berada 10 km dari rumah nenek. Memang cukup jauh. Tapi ya begitulah.
Saat aku sedang berpikir,
tiba-tiba sebuah bus metromini menyerempet motor Paman, aku melihat pemandangan yang menyeramkan ini sekilas. Sedetik kemudian aku terlempar ke aspal. Kakiku sakit sekali. Untung aku memakai helm. Tapi… Aku segera melihat ke arah Meyla. YA TUHAN!. Dia pingsan, kepalanya berdarah sangat banyak karena membentur batu bata di trotoar dengan sangat keras, dan dia tidak memakai helm. Keadaannya saat itu sangat kacau. Kulihat samar-samar Paman Budi berteriak minta tolong. Kepalaku pusing. Beberapa detik kemudian aku merasa semuanya hitam.
Aku membuka mata. Dimana aku sekarang? Semua barang-barangnya berwarna putih.
Di depanku ada Ayah, dan nenek. Beberapa saat kemudian aku segera tahu kalau aku ada di rumah sakit. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Nek, Yah apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku dengan suara yang lesu.
“Kau mengalami kecelakaan nak. Bus dengan tak sengaja menyerempet motor Paman. Untung kamu dan Paman tidak kenapa kenapa. Hanya keseleo di bagian kaki. Sekarang supir bus nya sudah meminta maaf dan membayar semua biaya rumah sakit” jelas Ayah.
“Bagaimana keadaan Meyla??” tanyaku.
Ayah dan Nenek hanya terdiam… ada apa ini? Air muka mereka menandakan sesuatu yang tidak baik terjadi. firasatku tidak enak.
“Bagaimana keadaaan Meyla? Jawab aku nek, jawab aku yah..” teriakku.
Air mataku turun. aku segera membuka infus ku lalu berlari ke kamar sebelah. Nenek dan Ayah mengejarku. Aku tidak peduli aku khawatir dengan keadaan Meyla. Di dalam ruangan sebelah aku melihat pemandangan yang sangat menyayat hatiku.
Ibu, bibi, kakek, paman berdiri mengelilingi ranjang Meyla sambil menangis sesegukan. Kulihat Meyla di ranjang rumah sakit. Wajahnya sangat pucat, seperti orang yang sudah… tidak, tidak boleh ini terjadi.
“ibuuu, bibi, kakek, paman, Meyla kenapa?” Tanyaku sambil menangis. Aku tidak peduli betapa sakit kakiku. Aku hanya memikirkan Meyla.
“kembaranmu sudah tidak bisa ditolong nak. Dia mengeluarkan darah yang sangat banyak sehingga kehabisan darah.” jelas ibu.
“jadi, Meyla meninggal???” tanyaku. Aku berharap ini hanya mimpi.
Beberapa saat semuanya terdiam. Tetapi lalu kakek,paman, ibu dan bibiku menggangguk.
Aku jatuh ke lantai. Lalu aku menangis sejadi-jadinya. Ini hanya mimpii. Aku tidak percaya orang yang paling berarti dan aku sayang di dunia ini telah pergi meninggalkan aku. Meyla, kembaranku. Satu satunya orang yang mau bersahabat baik denganku. Meyla, kembaranku. Aku bukanlah diriku jika tidak ada dia. Aku tidak siap menerima ini. Baru tadi siang dia bilang padaku, 10 tahun lagi kami pasti akan mewujudkan cita-cita dan keinginan kami.. Tapi sekarang, hiks. Meyla kenapa kamu meninggalkanku? aku tidak tahu lagi harus berteman dengan siapa di sekolah. Kamulah teman terbaikku, sahabat sejatiku, setiap saat. Bahkan sampai kamu mati pun, kamu tetap akan menjadi sahabat terbaikku. Aku berteriak dalam hati mengapa ini terjadi. Aku hanya bisa menangis.
“Kau harus merelakannya nak. Mungkin kamu menyayangi Meyla. Tapi Tuhan juga menyayangi dia nak. Ini semua rencana Tuhan. Rancangan Tuhan adalah yang terbaik untuk kita semua. Percayalah nak.” kata Kakek.
Aku berusaha berhenti menangis, tetapi tidak bisa. Aku mengulang kembali setiap kenanganku bersamanya. Saat bayi, yang pertama kali kukenal adalah dirinya. Kami selalu melakukan aktivitas bersama-sama. Bermain bersama-sama, Belajar bersama-sama, tertawa, menangis, saling membantu, bercanda, kami lewati bersama. Dia selalu menolongku saat aku jatuh. Dia selalu membantuku saat aku tidak bisa mengerjakan PR. Naik, turun, jatuh, bangun, badai, hujan, semua telah kami lalui bersama. Mengapa harus dia? Mengapa??
Aku menangis semakin menjadi-jadi.
Cerpen Karangan: Michelle Hani
Facebook: michellehani2002[-at-]gmail.com
Michelle Hani Santoso.

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Gys!. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger